Destinasi Wisata Teluk Ciletuh Menunggu Pengakuan Unesco

Bukan perkara mudah untuk mencapai Ciletuh yang eksotis itu. Perjalanan dari Jakarta akan memakan waktu sekitar 8 jam, sedangkan dari Bandung sekitar 7 jam.
Akan tetapi bagi orang-orang yang berimajinasi tinggi seperti pecinta geopark, masalah waktu dan buruknya infrastruktur yang ada saat ini bukanlah tantangan besar.

Bacaan sebelumnya : Teluk Ciletuh, Sepenggal Kisah Pembentukan Pulau Jawa

Ada cukup meluangkan waktu 3 atau 4 hari untuk menjelajah kawasan geopark atau taman bumi yang superkomplit ini. Hijaunya pemandangan di kanan-kiri jalan dan juga hamparan pantai PelabuhanRatu dan Pantai Ujung Genteng, sungguh karya Tuhan yang luar biasa.
Keragaman bentukan bumi dengan kehidupan yang terdapat di atasnya berupa flora, fauna dan manusia dengan budayanya menjadikan kawasan Ciletuh sebagai tempat pembelajaran ilmu kebumian.

Dari hasil pengkajian sementara ini, kawasan teluk Ciletuh adalah satu dari tiga kawasan yang dicanangkan menjadi bagian Geopark Nasional (GN). Dan selanjutnya sedang diupayakan untuk mendapatkan pengakuan dari Unesco sebagai salah satu Jaringan Taman Bumi Global atau Global Geoparks Network (GGN) pada tahun 2016.

"Masyarakat Ciletuh harus menyadari bahwa Ciletuh menyimpan batuan paling tua di Pulau Jawa dan sangat berharga dan perlu dipelihara." kata Direktur Utama Bio Farma Iskandar. Bio Farma peduli untuk mengangkat potensi Ciletuh sebagai geopark andalan. Bio Farma telah menjadikan Ciletuh sebagai kawasan binaan selain kawasan penangkaran penyu di Ujung Genteng Sukabumi bagian selatan.
Di Ciletuh, Bio Farma menggandeng masyarakat sekitar yang tergabung dalam Paguyuban Alam Pakidulan Sukabumi (Papsi) untuk pengembangan Geopark Ciletuh.

"Sejak adanya program dari Bio Farma kesadaran masyarakat disini semakin meningkat," ujar Ketua Papsi Endang Sutisna. Kepala Bagian Rencana dan Laporan Badan Geologi Oman Abdurahman mengatakan geopark merupakan pola pengembangan kawasan secara sinergi memadukan tiga keragaman berupa geologi, hayati dan budaya. Geopark berawal dari adanya keragaman geologi yang unik sehingga perlu diwariskan dari generasi ke generasi. Program ini bertujuan untuk membangun dan mengembangkan ekonomi masyarakat berasaskan perlindungan (konservasi). Dengan kata lain, geopark menjadikan sumber daya sebagai sumber pertumnbuhan.

Oman mengatakan kawasan yang termasuk paling ujung dari Kabupaten Sukabumi ini memang menjadi salah satu target dari pengembangan geopark. "Ini memberikan alternatif lain pola konservasi harus berjalan beriringan dengan pendidikan dan pertumbuhan basis pariwisata," ujarnya.
Menjadikan Jawa Barat sebagai destinasi wisata dunia seperti Bali memang sangat berat. Akan tetapi, geopark Jawa Barat boleh jadi dapat mewujud sebagai destinasi wisata dunia. "Semua harus dimulai dari awal, edukasi pun dimulai dari masyarakat sekitar terlebih dahulu," katanya.


Indonesia pun perlu berkaca pada China yang sudah memiliki 28 Global Geoparks Network (GGN) dan memiliki sekitar 140 Geopark Nasional. Perkembangan geopark di China terbilang luar biasa.
Geopark Yuntaishan, misalnya, pada 2000, sebelum menjadi GGN, dikunjungi sekitar 200.000 wisatawan dengan perolehan devisa US$ 3 juta. Setelah menjadi GGN Unesco pada 2004, kunjungan wisatawan melonjak jadi 1,25 juta orang dengan perolehan devisa US$90 juta.


Sumber Media Cetak : Bisnis Indonesia, 29 Oktober 2013, Halaman 9.

0 komentar:

Post a Comment